PENDAHULUAN
Sebuah komputer saat ini ibarat sebuah pena dan kertas dalam kehidupan
sehari-hari (Talwar dkk, 2009). Kemudahan yang diberikan oleh komputer membuat
masyarakat menjadikan komputer sebagai kebutuhan pokok terutama di perkatoran.
Hal ini disebabkan karena keberadaan komputer memberikan dampak positif berupa
peningkatan kualitas, produktifitas dan efisiensi dalam pekerjaan. Hingga tahun
2000 diperkirakan sekitar 75% pekerjaan kantor memerlukan komputer (Blehm dkk,
2005). Pada tahun 2006 diperkirakan terdapat sekitar 28 juta penduduk yang menggunakan
komputer, baik di perkantoran maupun di rumah (Uchino M.dkk, 2008). Pada tahun
1990 penggunaan internet dengan komputer pribadi di rumah mulai meningkat dan hal ini makin
meningkatkan pula jumlah pengguna komputer di dunia. Setidaknya dari 15%
pengguna internet dan komputer pribadi di rumah pada tahun 1990 meningkat
menjadi 50% di tahun 2005 (Blehm dkk, 2005). American Optometrist Association
(AOA) mendefinisikan Computer vision Syndrome (CVS) sebagai sekelompok gangguan
okuler yang dikeluhkan oleh seseorang yang menggunakan komputer dalam waktu
yang cukup lama. Berat-ringannya keluhan yang dilaporkan sebanding dengan
banyaknya waktu yang digunakan di depan komputer. Seseorang yang menggunakan
komputer lebih dari dua jam setiap harinya akan lebih mudah untuk menderita CVS
(Affandi E, 2005; Bhanderi J, 2008) Mata sebenarnya tidak terlalu tepat untuk
menatap layar monitor karena mata tidak dapat terlalu lama berusaha untuk
memfokuskan pada titik-titik kecil atau pixel yang membentuk bayangan pada
layar monitor (Pandey,2006). Seorang pengguna komputer harus terus-menerus
berusaha memfokuskan matanya untuk menjaga ketajaman gambar yang dilihatnya
pada layar monitor. Proses tersebut mengakibatkan timbulnya stress yang berulang-ulang
pada otot mata. Hal tersebut semakin diperberat dengan berkurangnya frekuensi
berkedip sehingga mata menjadi kering dan terasa perih. Akibatnya kemampuan
mata untuk memfokuskan diri menjadi berkurang dan penglihatan akan menjadi
kabur (Affandi E, 2005; Bhanderi J, 2008) Beberapa peneliti telah melaporkan
hasil penelitiannya yang hubungan penggunaan komputer dengan CVS, diantaranya
adalah Amalia H dkk yang melaporkan bahwa prevalensi astenopia pada mahasiswa
ilmu komputer cukup tinggi dan penyebab terbanyak adalah gangguan refraksi dan
pengetahuan mahasiswa terhadap ergonomi penggunaan komputer yang baik menjadi
faktor resikonya. (Husnun A dkk,2007) Suharyanto dan Sutarsih dalam
penelitiannya menyebutkan terjadinya pemanjangan WPM pada operator telekomunikasi
sesudah bekerja selama 2 jam, demikian juga dengan Basri yang menyatakan adanya
pemanjangan WPM pada operator radar sesudah bekerja (Suharyanto F, Safari E,
2010). Dalam penelitian ini ingin diketahui kejadian computer vision syndrome
pada pegawai PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk di Makassar dengan
melakukan anamnesis keluhan subjektif dan pengisian kuisioner Mcmonnies untuk
mengetahui keluhan astenopia, pengukuran visus serta melakukan pemeriksaan tes
Schirmer dan BUT untuk mengetahui kondisi permukaan okuler dalam hal ini adalah
Lapisan Air Mata sebelum dan sesudah bekerja menggunakan komputer.
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional
yang dilakukan pada 150 orang pegawai BNI di Makassar selama periode Agustus -
Oktober 2012 dengan metode pengambilan data purposive sampling. Kriteria
inklusi adalah usia minimal 20 tahun,telah bekerja menggunakan komputer minimal
1 tahun dan bersedia untuk mengikuti prosedur penelitian. Dikeluarkan dalam
penelitian apabila menderita kelainan permukaan okuler, glaukoma dan infeksi,
menggunakan alat kontrasepsi hormonal, mempunyai riwayat operasi mata
sebelumnya, merokok selama bekerja menggunakan komputer, menggunakan
obat-obatan yang mempengaruhi sekresi air mata, seperti anti histamin, anti
depresan, selective serotonin reuptake inhibitor, ansiolitik, anti psikotik,
diuretik, penyekat beta, kemoterapi sistemik, dan anti kolinergik dalam 3 bulan
terakhir, tidak kooperatif selama prosedur pemeriksaan. Dalam penelitian ini
ingin diketahui kejadian computer vision syndrome pada pegawai PT. Bank
Negara Indonesia Persero Tbk di Makassar dengan melakukan anamnesis keluhan subjektif
dan pengisian kuisioner Mcmonnies untuk mengetahui keluhan astenopia,
pengukuran visus serta melakukan pemeriksaan tes Schirmer dan BUT untuk
mengetahui kondisi permukaan okuler dalam hal ini adalah lapisan air mata
sebelum dan sesudah bekerja menggunakan komputer. Kuisioner berisi pertanyaan
mengenai data sosiodemografik, lama bekerja menggunakan komputer selama 1
minggu, pengetahuan mengetahui CVS dan posisi ergoophthalmic, keluhan subjektif
dan frekuensi keluhan tersebut. Pada kuisioner McMonnies terdapat 12 pertanyaan
dengan nilai jawaban berkisar 0-6. Nilai total dari 12 pertanyaan pada setiap
subjek dikategorikan normal jika < 10, marginal dry eye jika bernilai 10-20
dan pathological dry eye jika >20. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan mata
meliputi pemeriksaan tajam penglihatan, pemeriksaan segmen anterior dengan
menggunakan slit lamp portabel dan pemeriksaan lapisan air mata dengan tes
Schirmer dan tes BUT. Astenopia adalah keluhan subjektif penglihatan akibat
kelelahan organ-organ penglihatan yang disertai nyeri pada mata, nyeri kepala,
penglihatan kabur dll dan diukur dengan menggunakan kuisioner dari Mcmonies.
Tes Schirmer adalah suatu pemeriksaan untuk menilai kuantitas LAM (penilaian
fungsi sekresi kelenjar lakrimal utama) dengan menggunakan kertas Whatmann
nomor 41 selama 5 menit dan melihat jumlah pembasahan diukur dalam mm. Hasil
penilaian normal bila pembasahan sepanjang >10 mm; Suspek dry eye bila
pembasahan 6-10 mm; dan Dry eye bila pembasahan <6 mm. Pemeriksaan Tear
Break-UpTime adalah suatu pemeriksaan untuk menilai stabilitas LAM dengan
menghitung waktu antara kedipan sempurna hingga timbulnya dry spot pertama pada
kornea. Hasil penilaian normal bila . 10 detik dan Dry eye bila < 10 detik.
Pengambilan data dilakukan dua kali yakni sebelum dan sesudah bekerja
menggunakan komputer.
HASIL
PENELITIAN
Data yang diperoleh dianalisa melalui komputer dengan
menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 17.
Tabel 1 memperlihatkan karakteristik subyek penelitian. Subyek yang diperoleh
berusia 21.46 tahun dengan rerata 30,25 +6,49 tahun. Dari 150 subjek didapatkan
79 orang (52,7 % ) berjenis kelamin laki-laki dan 71 orang (47,3 % ) berjenis
kelamin perempuan. Sebagian besar subjek tidak memiliki pengetahuan mengenai
Computer Vision Syndrome dan posisi ergoophthalmic saat menggunakan komputer.
Subjek yang memiliki pengetahuan tersebut hanya 7 orang (4,7%). Pada subjek
laki-laki diperoleh persentase perokok sebesar 43 orang (54,4%) sedangkan pada
subjek perempuan diperoleh persentase pengguna kosmetik mata sebesar 61 orang
(87%). Dari 150 subjek terdapat 25 orang (16,7%) yang menggunakan kacamata saat
bekerja menggunakan komputer. Sebagian besar subjek penelitian menggunakan
layar monitor jenis LCD yaitu sebanyak 122 orang (81,2 %) dan jenis CRT
sebanyak 28 orang (18,8%). Intensitas penggunaan komputer pada subjek yang
diperoleh dalam 1 minggu berkisar 10 . 50 jam dengan rerata 35,87 + 10,88 jam.
Diperoleh data sebanyak 55 orang (36,7%) yang menggunakan komputer selama 1
jam, 47 orang (31,3%) selama 2 jam dan 3 jam sebanyak 48 orang (32,0%)
Penelitian ini didapatkan astenopia terjadi pada 28,6% subjek sebelum bekerja
menggunakan komputer dan meningkat menjadi 90,6% subjek sesudah menggunakan
komputer. Hal ini terlihat pada tabel 2 yang menunjukkan peningkatan jumlah
keluhan subjektif yang signifikan sesudah penggunaan komputer dibandingkan
sebelum penggunaan (p=0,000), yaitu terjadi peningkatan dari rata-rata satu
keluhan menjadi rata-rata 3 keluhan. Pada table tersebut juga terlihat adanya
peningkatan nilai hasil tes Mcmonnies yang signifikan sesudah penggunaan
komputer dibandingkan sebelum penggunaan (p=0,000) dimana nilai rerata
kuisioner Mcmonnies sebelum menggunakan komputer adalah 9,29 + 3,82 dan sesudah
menggunakan komputer menjadi 11,57 + 4,16. Berdasarkan hasil interpretasi
kuisioner McMonnies terjadi perubahan derajat dry eye dimana sebelum
menggunakan komputer adalah normal dan sesudah menggunakan komputer menjadi
marginal dry eye. Tabel 2 juga menunjukkan penurunan visus sesudah menggunakan
komputer. Visus sebelum menggunakan komputer memiliki rerata sebesar 0,87 + 0,18
sedangkan nilai rerata visus sesudah menggunakan komputer adalah 0,82 + 0,19.
Nilai tersebut juga mengalami penurunan yang signifikan dan bermakna secara
statistik (p=0,000). Penurunan hasil tes Schirmer yang signifikan sesudah
penggunaan komputer dibandingkan sebelum penggunaan (p=0,000) juga
diperlihatkan dalam tabel 2. Penurunan tes Schirmer sesudah penggunaan komputer
terjadi pada\ 113 subyek (75,3%) sedangkan 37 subjek (24,7 %) tidak mengalami
perubahan nilai tes Schirmer sesudah penggunaan komputer.Demikian halnya dengan
hasil tes BUT yang juga terjadi penurunan yang signifikan sesudah penggunaan
komputer dibandingkan sebelum penggunaan (p=0,000). Tes BUT sebelum menggunakan
komputer memiliki rerata 9,39 + 2,77 detik dan sesudah menggunakan komputer memiliki
rerata 7,38 + 1,99 detik. Penurunan hasil Tes BUT terjadi pada 107 subjek
(71,3%) menunjukkan hubungan yang bermakna antara lama penggunaan computer
dengan keluhan subjektif (p=0,001), dimana persentase keluhan meningkat sesuai
dengan peningkatan lama penggunaan komputer. memperlihatkan hubungan yang
bermakna antara lama penggunaan computer dengan penurunan visus (p=0,000),
dimana persentase subjek yang visusnya menurun jumlahnya mengalami peningkatan
sesuai dengan peningkatan lama penggunaan komputer. Sebanyak 81 subjek (54,0%)
mengalami penurunan visus sesudah menggunakan komputer dengan 38 subjek
diantaranya (79,2%) telah menggunakan komputer selama 3 jam. Sedangkan subjek
yang tidak mengalami perubahan visus adalah sebesar 69 orang (46,0%) dengan 36
subjek (65,5%) diantaranya menggunakan komputer selama 1 jam. Tabel 5
memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama
penggunaan komputer dengan hasil tes Schirmer (p=0,102) meskipun terlihat
adanya kecenderungan persentase subyek dengan hasil tes yang menurun mengalami
peningkatan jumlah sesuai dengan peningkatan lama penggunaan komputer. Namun
dalam table tersebut\ ditunjukkan hubungan yang bermakna antara lama penggunaan
komputer dengan hasil tes BUT (p=0,011) dimana persentase hasil tes BUT yang
menurun ditemukan lebih tinggi pada lama penggunaan komputer 2 dan 3 jam.
PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa astenopia terjadi
pada 28,6% subjek sebelum bekerja menggunakan komputer dan menjadi 90,6% subjek
setelah bekerja menggunakan komputer. Hal ini ditandai dengan adanya
peningkatan jumlah keluhan subjektif sesudah bekerja menggunakan komputer yang
bermakna (p=0,000). Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa terjadi penurunan
visus yang bermakna secara statistik sesudah bekerja menggunakan computer
(p=0,000). Pada penelitian ini juga dilakukan pemeriksaan kuantitas dan
kualitas LAM untuk mengetahui derajat dry eye. Hasilnya menunjukkan bahwa
terjadi penurunan tes Schirmer pada 113 orang (75,3%). Nilai rerata hasil pemeriksaan
tes Schirmer pada subjek penelitian ini sebelum bekerja menggunakan komputer
adalah 22,04 mm +8,95 menjadi 18,11 + 8,90. Nilai tersebut mengalami penurunan
yang signifikan (p=0,000) meskipun secara interpretasi hasil tes Schirmer nilai
rerata sebelum dan sesudah menggunakan komputer masih dalam batas normal. Hal
ini mungkin disebabkan karena produksi akuos dari kelenjar lakrimal memang
berfluktuatifsecara kuantitatif. Selain itu berdasarkan klasifikasi DEWS, dry
eye yang terjadi pada saat menggunakan komputer maupun aktifitas dekat lainnya
adalah dry eye evaporatif akibat berkurangnya frekuensi berkedip (Dogru M dkk,
2007). Penelitian ini juga memperlihatkan adanya penurunan nilai kuisioner
McMonnies yang bermakna (p=0,000). Nilai rerata McMonnies pada subjek
penelitian ini adalah 9,29 + 3.82 dan nilai rerata sesudah bekerja menggunakan
komputer adalah 11,57 + 4,16. Data penelitian ini juga menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara lama penggunaan komputer dengan keluhan subjektif,
visus dan hasil tes BUT. Namun dari data penelitian yang diperoleh tidak
didapatkan hubungan yang bermakna antara lama penggunaan komputer dengan hasil
tes Schirmer meskipun terlihat kecenderungan peningkatan jumlah subjek yang
mengalami penurunan hasil tes Schirmer. Hasil pada penelitian ini sejalan
dengan beberapa penelitian sebelumnya. Diantaranya yang dilakukan oleh Dinesh
J.Bhanderi dkk(2008) yang melaporkan bahwa astenopia terjadi pada 46,3% subjek
penelitiannya (Bhanderi dkk,2008). Mocci dkk dan Sanchez Roman dkk juga
menemukan hal yang sama dalam penelitiannya (Mocci F dkk, 2001; Sanchez-
Roman,1996). Mocci dkk melaporkan prevalensi astenopia sebanyak 31,9 % pada 385
pegawai bank yang menjadi subjek penelitiannya sedangkan Sanchez-Roman
melaporkan prevalensi astenopia sebesar 68,5% terjadi pada subjek
penelitiannya. Bergqvist dkk, Bhanderi dkk dan Nakaishi dkk juga melaporkan
hasil penelitiannya bahwa subjek dengan gangguan refraksi (termasuk yang sudah
terkoreksi) akan lebih mudah untuk menderita astenopia.(Bhanderi dkk, 2008;
Bergqvist, 1994; Nakaishi H, 1999) Astenopia pada pekerja yang menggunakan
computer atau VDT dapat dinilai dari adanya keluhan subjektif berupa
penglihatan buram, rasa nyeri pada mata, rasa berat pada mata dan penglihatan
ganda. Keluhan lain adalah rasa kering pada mata, sering berkedip, sakit
kepala, iritasi mata, dan lain-lain (Suharyanto F dkk, 2010). Dumery dkk
melaporkan bahwa terjadi sedikit penurunan visus pada subjek penelitiannya
(Dumery B, 2010) Serupa dengan hal tersebut penelitian ini menunjukkan
pengukuran visus awal sebelum menggunakan komputer didapatkan rerata visus
adalah 0,87 + 0,18 dan visus sesudah menggunakan komputer adalah 0,82 + 0,19.
Hal serupa juga terjadi pada hasil pengukuran tes BUT, dimana rerata nilai BUT
sebelum menggunakan komputer adalah 9,39 + 2,77 menjadi 7,38 + 1,99 sesudah
menggunakan komputer. Penurunan nilai BUT terjadi pada 107 orang (71,3%)
subjek. Nilai rerata BUT tersebut juga mengalami penurunan yang signifikan
meskipun sebenarnya nilai rerata BUT sebelum maupun sesudah secara interpretasi
BUT berada dibawah nilai normal. Hal ini mungkin disebabkan karena subjek pada
penelitian ini telah intensif bekerja menggunakan komputer selama minimal 1
tahun dengan rata-rata penggunaan komputer penggunaan komputer sebanyak 35,87 +
10,78 jam dalam seminggu. Hal ini menunjukkan bahwa pada subjek penelitian
telah terjadi gangguan pada kondisi stabilitas LAM sebelum bekerja yang mungkin
disebabkan karena berkurangnya refleks berkedip saat bekerja menggunakan komputer
yang telah berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Penelitian ini 9 juga
menunjukkan adanya perubahan hasil tes Schirmer dan BUT yang berhubungan dengan
lama penggunaan komputer. Terdapat dua aspek yang menentukan stabilitas LAM,
yaitu: (1) komposisi LAM, yang terdiri atas lapisan lipid, akuos, dan musin;
dan (2) hidrodinamik LAM, yang meliputi mekanisme menutup dan membukanya
palpebra yang berhubungan dengan evaporasi dan penyebaran LAM pada saat
berkedip (Syawal SR, 2005). Salah satu cara untuk mengetahui kondisi permukaan
okuler adalah dengan menilai LAM dari segi kuantitas dan kualitas. Untuk
menilai kuantitas LAM adalah dengan Tes Schirmer. Sedangkan untuk menilai
stabilitas LAM dapat digunakan dengan penilaian Break-Up Time. Pada penderita
dengan struktur LAM yang tidak stabil maka waktu break-up akan menjadi lebih
singkat (Patel S., 2003). Dry eye pada pengguna komputer disebabkan oleh
menurunnya frekuensi berkedip dan sebagai konsekuensinya akan terjadi
peningkatan dari evaporasi lapisan airmata. Penelitian ini juga menggunakan
kuisioner Mcmonnies untuk mengetahui ada tidaknya dry eye pada subjek
penelitian Beberapa penelitian telah melaporkan lama penggunaan komputer yang
lebih lama memiliki hubungan yang signifikan dengan tingginya prevalensi dry
eye baik pada subjek lakilaki maupun perempuan. Diantaranya dilaporkan oleh
Hanne dkk (1994) yang menemukan astenopia yang lebih berat pada pekerja yang
menggunakan komputer lebih dari 6 jam sehari dibandingkan dengan pekerja yang
menggunakan komputer kurang dari 6 jam sehari (Hanne W dkk, 1994). Kanitkar dkk
(2005) juga melaporkan hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa lama
penggunaan komputer berhubungan langsung dengan keluhan subjektif pada mata,
dimana lama penggunaan komputer yang lebih panjang akan menyebabkan keluhan
subjektif dirasakan lebih lama bahkan sesudah selesai bekerja (Kanitkar K dkk,
2005) Hal serupa juga dilaporkan oleh Bergqvist dkk (1994), Sanchez-Roman dkk
(1996) juga Shima dkk (1993). Hal berbeda dilaporkan oleh penelitian yang dilakukan
oleh Mocci dkk juga Bhanderi dkk yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
antara astenopia dengan lama penggunaan komputer dalam sehari maupun dalam
seminggu. Penelitian yang dilakukan oleh Dumery dkk merekam frekuensi berkedip
pada subjek penelitiannya sebelum dan sesudah menggunakan komputer dan
melaporkan bahwa terjadi penurunan frekuensi berkedip hingga 50% dan penggunaan
computer menginduksi terjadinya astenopia pada semua subjek (Dumery B, 2010).
Lama penggunaan komputer pada subjek penelitian ini dibedakan atas 1 jam, 2 jam
dan 3 jam. Hal ini dimaksudkan 10 untuk menilai hubungan antara lama penggunaan
komputer dengan kejadian computer vision syndrome. Pada penelitan ini diperoleh
55 orang ( 36,7% ) menggunakan komputer selama 1 jam, 47 orang (31,3%)
menggunakan komputer selama 2 jam dan 48 orang (32%) yang menggunakan komputer
selama 3 jam. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara lama penggunaan komputer dengan penurunan visus (p=0,000).
Keterbatasan penelitian ini adalah subjek penelitian yang terbatas pada
pengguna komputer yang bekerja di BNI serta tidak dilakukan analisis terhadap
posisi ergoophthalmic serta riwayat bekerja intensif menggunakan komputer
dimana faktor tersebut mungkin mempunyai peranan dalam kejadian computer vision
syndrome pada pengguna komputer.
KESIMPULAN DAN
SARAN
Kami menyimpulkan bahwa astenopia menjadi lebih berat
yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya keluhan subjektif sesudah bekerja
menggunakan komputer yang bermakna secara statistik, terdapat penurunan visus
yang bermakna sesudah bekerja menggunakan komputer, gangguan pada kondisi
permukaan okuler menjadi lebih berat dimana hasil tes Schirmer menjadi lebih
pendek dan hasil tes BUT menjadi lebih singkat sesudah bekerja menggunakan
komputer, terjadi peningkatan derajat dry eye berdasarkan hasil kuisioner
McMonnies yang bermakna sesudah bekerja menggunakan komputer , dan terdapat
hubungan yang signifikan antara lama penggunaan komputer dengan Computer Vision
Syndrome dalam hal keluhan (astenopia), derajat dry eye berdasarkan hasil
kuisioner McMonnies, visus dan tes BUT namun tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara lama penggunaan komputer dengan hasil tes Schirmer meskipun
terlihat ada kecenderungan peningkatan jumlah subjek yang mengalami pemendekan
hasil tes Schirmer. Namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada subjek
penelitian yang sama untuk melihat apakah perubahan yang terjadi bersifat
sementara atau menetap.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi E,(2005), Sindrom Penglihatan Komputer,
Majalah Kedokteran Indonesia, Maret 55
(3); 297-300
Amalia H,Suardana G, Artini W, (2007), Etiologi dan
Faktor Risiko Astenopia pada Mahasiswa
Ilmu Komputer, Ophthalmologica Indonesiana, Vol 34,
No. I, Jan - April 1.
Bergqvist UO, (1994), Knave BG. Eye Discomfort and
work with visual display terminals. Scand
J Work Environ Health, 20:27-33
Bhanderi J, Choudary S, Doshi V, (2008), A
Community-based stuy of asthenopia in computer
operators, Indian J of Ophthalamology,
Januari.Februari: 56 (1); 51-5
Blehm C, Vishnu S, Khattak A, et al, (2005), Computer
Vision Syndrome: A Review, Survey of
ophthalmology, June, 50 (3); 253-62
Dogru M ,Lemp M, Baudoin C . (2007), Definition and
Classification of Dry Eye in Dry Eye
Workshop (DEWS ) Committee. Report of the
International Dry Eye Workshop
(DEWS). Ocul Surf.;5:65-204
Dumery B, (2010), Eyestrain, Blink Rate and Dry Eye
Syndromes of Video Display Terminal
Users available www.hcmiu.edu./BMM 2010/papers/p7.09.pdf
Hanne W, Brewitt H, Augenklinik rechts DI, Munchen TU,
(1994), Changes in visual function
caused by work at a data display terminal.
Ophthalmologe, 91:107-12
Kanitkar K, Carlson AN, Richard Y, (2005),Ocular
problems associated with computer use: The
ever-increasing hours spent in front of video display
terminals have led to a
corresponding increase in visual and physical ills,
Review of Ophthalmology ENewsletter,
12:04
Mocci F, Serra A, Corrias GA, (2001), Phychological
factors and visual fatigue in working with
video display terminals, Occup Environ Med., 58:267-71
Nakaishi H,Yamada Y, (1999), Abnormal tear dynamics
and symptoms of eyestrain in of visual
display terminal, Occup Environ Med, 56:6-9
Pandey S, Swamy B, (2006), Computer Vision Syndrome,
Dry Eye and Ocular Surface
Disorders, Jaypee Brothers Medical Pub, 303-311
Patel S, Blades KJ. (2003), Stability of the Tear
Film. The Dry Eye - A practical Approach.
Edinburgh: Butterworth-Heinemann; 27-36
Sanchez -Roman FR, Perez Lucio C, Juarez-Ruiz C,
Velez-ZamoraNM, Jimenez-Villaruel M,
(1996), Risk factors for asthenopia among computer
terminal operators, Salud Publica
Mex, 38:186-96
Shima M, Nitta Y, Iwasaki A, Adachi M, (1993),
Investigation of subjective symptoms among
visual display terminal users and their affecting
factors-analysis using log-linear models.
Nippon Eiseigaku Zasshi, 47:1032-40
Suharyanto F, Safari E, (2010), Asthenopia pada
pekerja wanita di Call Centre-X, Bul. Penelit.
Kesehat, Vol. 38, No.3, 119 . 130
Syawal SR. (2005), Suatu Cakrawala Baru Mengenai
Patogenesis dari Penanganan Sindrom
gDry Eyeh. Jurnal Medika Nusantara Suplement.
26: 84-7.
Talwar R, Kapoor R, Puri K et al, (2009), A Study of
Visual and Musculoskeletal Health
Disorders among Komputer Professionals inNCR Delhi,
Indian J Community Med,
October 34(4): 326-8
Uchino M, Schaumberg D, Dogru M et al, (2008),
Prevalence of Dry Eye Disease among
Japanese Visual Display Terminal Users, Ophthalmology,
November 115(11); 1982-8
Sumber :
http://totslatos.blogspot.com/2013/11/tugas-teknologi-yang-terkait-antar-muka.html
0 komentar:
Posting Komentar